Thursday, September 13, 2007

Benar Salah

"Sebab hidup mengajarkan pada kita bahwa yang 'benar' akan menang". Begitulah ungkap seorang pelanggan majalah bulanan el-'Araby dari Aljazair di rubrik surat pembaca, dalam menyikapi apa yang terjadi saat ini di tanah Palestina. Sekarang kita bisa melihat bahwa Negara Impian Yahudi hampir bisa dikatakan akan benar-benar terwujud, sebab masih ada sekitar 33% dari seluruh tanah Palestina yang belum bisa mereka duduki. Sebuah cita-cita yang mulai terorganisir sejak tahun 1897, yang dipelopori oleh Theodore Herzl. Namun, dengan kekuasaan dan hegemoni Amerika yang ada sekarang terhadap dunia, tentunya ungkapan diatas membuat kita kurang yakin (bila kita menganggap bahwa bangsa Palestina saat ini berada pada pihak "yang benar"). Jika seperti itu adanya, apa benar bangsa Palestina akan bisa mengalahkan gerakan Zionis di sana, pada akhirnya? Dan bila ternyata Zionis yang menang, itu berarti bahwa Zionis adalah "yang benar", sedangkan bangsa Palestina adalah "yang salah". Atau hidup salah mengajarkan pada kita, sepertinya yang 'benar' tidak selalu menang, adakalanya mereka yang 'salah' akan menang atau bahkan selalu menang.

Memang sih, berbicara 'benar' dan 'salah', kita harus benar-benar menyadari bahwa kita sedang hidup di tengah-tengah hukum alam yang tidak mutlak. Sebuah hukum yang 'bisa diatur'. Di dunia ini kita tidak bisa berteriak-teriak dengan topeng ke'benar'an jika kita tidak memiliki uang dan kekuasaan. Di dunia ini, yang benar hanya mereka yang memiliki kekuasaan dan uang. Ya ... kekuasaan dan uang merupakan sepasang sayap yang bisa mengantarkan kepada 'kemenangan'. Dan kalau sudah memiliki keduanya, baru kita bisa mengatur, yang salah dijadikan benar, yang benar otomatis jadi salah. Sebenarnya simpel sih kalau kita ingin menang di dunia ini, kita tidak boleh bermain dengan perasaan, kita harus 'tidak berperasaan', itu saja. Tapi dengan syarat, 'tidak berperasaan'-nya tidak boleh tanggung-tanggung. Misalnya, kalau korupsi jangan sedikit, sekalian korupsinya sekiranya lebih dari harga negara sendiri, atau kalau nggak sampe hati, paling tidak bisa mengatur pemegang hukum, dijamin selamat. Ke'benar'an tidak bisa dibantu, dibenarkan dan dimenangkan tanpa kekuasaan dan uang. Bila kita menuntut ke'benar'an kepada pemilik kekuasaan, kita harus memiliki uang untuk bisa mengatur si pemilik kekuasaan atau paling tidak, bisa mengancam jabatan mereka kalau tuntutan kita tidak dipenuhi. Sebab apapun yang dilakukan oleh manusia, pasti berada di bawah naungan sebuah 'kepentingan'.

Kembali ke topik utama. Dan ternyata, Zionis bisa bermain cantik dengan sepasang sayap itu, kekuasaan dan uang. Kekuasaan mereka peroleh dengan mengambil langkah-langkah pendahuluan untuk mendapatkan pengakuan internasional dalam merealisasikan cita-cita mereka. Sedangkan 'uang', mereka peroleh dengan mendirikan Bank Imperial Yahudi dengan nama Dana Asuransi Kolonialisasi Yahudi (Jewish Insurance Fund of Colonization) pada tahun 1899. Untuk melihat lebih dekat perjalanan Zionis, mari kita sejenak mengintip beberapa konferensi yang diselenggarakan sampai pada masa berdirinya Negara Zionis.

Konferensi pertama gerakan Zionis modern, pada bulan Agustus tahun 1897 diadakan di Basl, tepatnya di Munich. Konferensi ini dipimpin oleh Theodore Herzl. Disini, pada pidato pembukaannya ia menyampaikan bahwa tujuan akhir gerakan Zionis adalah “Mendirikan Negara Yahudi Melalui Kekuatan Hukum”, dan ia menegaskan bahwa masalah-masalah bangsa Yahudi tidak akan terselesaikan melalui imigrasi infiltrasi kaum Yahudi yang lamban tanpa adanya pengakuan secara hukum dari negara-negara besar. Dalam konferensi ini, Herzl menentukan tiga poin penting dalam upaya mewujudkan cita-cita Zionis:
1. Menjajah Palestina dengan para buruh perkebunan industri dengan dasar tuntutan kondisi. Ini tentu dengan menghilangkan fakta bahwa Palestina telah didiami oleh masyarakat pribuminya selama ribuan tahun.
2. Memperkuat dan menumbuh kembangkan kesadaran nasional bangsa dan semangatYahudi.
3. Dan yang terakhir, mengambil langkah-langkah pendahuluan untuk mendapatkan pengakuan internasional dalam merealisasikan cita-cita Zionis.

Bangsa Yahudi sebenarnya telah berimigrasi secara perlahan-lahan sejak tahun 1882, namun hal ini (baca: imigrasi) tidak mungkin bisa mewujudkan cita-cita bangsa Yahudi untuk memiliki sebuah negara, mengingat bahwa Palestina telah didiami oleh pribumi selama ribuan tahun. Maka, hal inipun menjadi pelajaran bagi bangsa Yahudi yang kemudian melahirkan inisiatif untuk membentuk suatu badan pelaksana dalam mewujudkan cita-cita.

Imigrasi Yahudi tersebut telah dipelajari oleh konferensi pertama. Kemudian Syapîra merekomendasikan dalam konferensi tersebut untuk membentuk sebuah bank untuk membeli tanah Palestina untuk mewujudkan imperialisme Yahudi, yang mana rekomendasi ini kemudian menjelma menjadi apa yang disebut Bank Yahudi. Namun sayang, Herzl menyanggah rekomendasi ini dan keberatan untuk membentuk sebuah bank Yahudi, tapi keberatan Herzl bukan pada bentuk dari inisiatif tersebut melainkan pada hal waktu saja. Dan pada rentang waktu antara konferensi pertama sampai ke-tiga, lahir beberapa benih aliran Zionis, diantaranya Zionisme Praktis yang dipimpin para pemuka terpercaya Yahudi yang banyak bertentangan dengan aliran Herzl yang dikenal dengan sebutan Zionisme Politis.

Konferensi ke-dua Zionis, diadakan di kota Basl juga pada tahun 1898 dengan tujuan untuk mengumpulkan sekte-sekte Yahudi dari seluruh penjuru dunia dan berupaya untuk meraih dukungan mereka terhadap gerakan Zionis. Ini karena bangsa Yahudi sendiri yang harus mengadopsi pemikiran-pemikiran Zionis dan rencan-rencananya dalam merealisasikan cita-citanya. Konferensi Zionis memperbolehkan satu wakil untuk 400 orang Yahudi yang membayar pajak untuk menghadiri sesi-sesi dan pertemuan-pertemuan. Maka dari itu, Bank Imperial Yahudi didirikan yang menolak imigrasi rahasia ke Palestina dan menyarankan bahwa ini harus diorganisir dan dilakukan secara terbuka di bawah payung apa yang mereka kampanyekan bahwa mereka "tidak berdosa".

Pada Konferensi ke-tiga di kota Basl pada tahun 1899, Bank Imperial Yahudi didirikan dengan nama "Dana Asuransi Kolonialisasi Yahudi (Jewish Insurance Fund of Colonization) dengan maksud untuk mendanai aktifitas pemukiman di Palestina dan negara-negara jiran serta menjamin pelayanan financial bagi Gerakan Zionis. Konferensi ini tidak dihadiri oleh para Zionis Politis aliran Herzl karena alasan  dogmatis. Fungsi Bank ini ditetapkan oleh pendiri Gerakan Zionis sebagai sarana untuk memperoleh segala sesuatu  setelah mereka dianggap "tidak berdosa". Ini dengan menekankan persoalan-persolan utama sebagai aktifitas kultural Yahudi menurut keputusan untuk mendirikan komunitas dengan mempergunakan bahasa Ibrani dalam semua komunikasi dan menyebarkan budaya Ibrani di antara bangsa Yahudi di dunia. Selain itu untuk membangun kembali system administratif Zionis yang permanen dengan maksud untuk menggantikan administrasi yang ada. Begitu juga dengan membagi komite kerja kecil yang dipimpin oleh Herzl.

Konferensi Zionis ke-empat diadakan di kota London pada tahun 1900 yang dihadiri oleh delegasi yang lebih dari 400 orang. Konferensi ini menyaksikan kegentingan konflik yang terjadi antara aliran keagamaan dan aliran sekuler, hal itu terjadi pada saat ditawarkan sebuah masalah-masalah peradaban dan agama untuk dibahas pada konferensi tersebut, dimana beberapa Hâkhôm (rabbi, pendeta Yahudi) mengingatkan Gerakan Zionis untuk tidak ikut campur dalam masalah-masalah peradaban dan keagamaan Yahudi, dan hendaknya aktifitas Gerakan Zionis hanya sebatas kegiatan politik dan tugas imperialisme Yahudi di Palestina. Pada saat itulah Herzl meminta kepada seluruh anggota untuk mengesampingkan konflik sengit yang terjadi antara Yahudi relijius yang Orthodok dan para sekularis. Ia mengharap semua untuk memberikan perhatian yang besar kepada cita-cita dan maslahat kolektif bangsa Yahudi. Pada konferensi ini pula dirancang rencana-rencana perjalanan yang dihasilkan dari pembentukan Bank Yahudi.

Konferensi Zionis ke-lima diadakan di Basl pada Desember tahun 1901 dan masih dipimpinan oleh Theodore Herzl. Pada saat itu, Herzl merayu Sulthân Utsmâny Abdul Hamîd Al-Tsâni untuk mempersilahkan bangsa Yahudi berimigrasi dengan mudah ke Palestina, yang mana pada saat itu Palestina merupakan wilayah imperatur Utsmâniyah. Dan konferensi kali ini, menyutujui usulan Johan Krimings sehubungan dengan pendirian “Bank Yahudi”, dengan konsekuensi bahwa dana yang ada pada Bank Nasional Yahudi tersebut bisa digunakan untuk membeli tanah Palestina dan Syuria.

Kendati demikian mulusnya perjalanan Gerakan Zionisme, bukan berarti tidak ada oposisi. Oposisi di dalam Gerakan Zionisme ini dilakukan oleh Sayap Demokratik yang diketuai oleh Haim Viseman dan Martin Pauper dan lainnya. Dan konflik yang terjadi antara garis relijius dan sekularis meramaikan sebagian besar kesempatan pertemuan. Namun, perpecahan agama, yang dipimpin oleh Hâkhôm Issac Rince, memprotes terhadap konflik radikal dan ilmiah yang sengit terjadi di dalam gerakan. Maka mereka mendirikan Gerakan Zionis lain yang disebut dengan Mezrahi yang tetap menjadi bagian integral dari gerakan induknya yang mengadopsi sebagai besar pemikiran dan kebijakan Herzl.

Konferensi Zionis ke-enam diadakan di Bazl pada Agustus tahun 1903 dipimpin oleh Theodore Herzl dan ini merupakan konferensi terakhir yang dihadiri oleh Herzl. Pada konferensi kali ini, Herzl ditemani oleh politisi Inggris Joseph Tymberlin dalam membahas rencana-rencana imperialisme Zionis di semenanjung Sinai. Hanya saja Inggris tidak setuju dengan ide tersebut dan menawarkan sebuah rencana imperialisme Zionis di Uganda yang kemudian dikenal dengan sebutan “Rencana Timur Afrika”. Herzl sendiri menyarankan untuk menerima usulan tersebut, namun saran itu tidak bisa diterima oleh sebagian kelompok mereka yang lebih memilih Palestina sebagai sasaran imperialisme Zionis Yahudi. Jadi, sebuah ekspedisi dikirim untuk meneliti  situasi di Uganda untuk menentukan kelayakan sebagai sasaran lain selain Palestina, tapi Palestina telah diterima oleh mayoritas. Lain daripada itu, Anglo-Palestina didirikan di Jaffa sebagai cabang dari Departemen Dana Asuransi Yahudi untuk Imperialisme.

Konferensi Zionis ke-tujuh diadakan di Bazl pada Agustus tahun 1905 dengan pimpinan Max Nourdo. Masalah-masalah mendasar yang dibahas pada konferensi ini seputar masalah imperialisme Yahudi di luar Palestina khususnya di Timur Afrika. Beberapa peserta konferensi mempertahankan dan membela usulan Inggris tanpa harus mengenyampingkan gerakan Zionis di Palestina. Pengikut pendapat ini sebagaimana disebutkan oleh Zangwel dengan Organisasi Internasional Regional. Pada sisi lain, absennya Herzl pada konferensi ini, keberatan para imperialis Inggris di Timur Afrika untuk menjajah daerah-daerah imperial Inggris, dan juga keberatan kelompok yang masih berpegang pada cita-cita awal, menguatkan arah pandangan penentang imperialis Yahudi di luar Palestina. Suara mayoritas para peserta konferensi mengakibatkan keluarnya pengikut pandangan regional yang kemudian mendirikan Organisasi Regional Internasional. Akhirnya suara mayoritas kembali menguatkan pandangan tentang pentingnya imperialisme di Palestina. Dari keputusan tersebut kemudian kelompok Zionis Praktis (kolonialisasi) menyusun kekuatan baru untuk menjajah daerah Palestina dengan rencana pembelian tanah dari Arab dan membangun kekuatan ekonomi di dalam Palestina. Ini merupakan suatu hal yang sangat penting sepanjang perjalanan Gerakan Zionis Modern dimana para imigran Yahudi ke-dua (1904 M) tiba di Palestina. Imigrasi tersebut merupakan pondasi kuat bagi imperialisme Zionis dan memberikan kontribusi besar yang kemudian disusul dengan imigrasi ke-tiga. Pada konferensi ini dibahas pula perubahan atau modifikasi pada undang-undang “Dana Asuransi Yahudi untuk Imperialisme” yang diberlakukan untuk memberikan prioritas bagi pembangunan perumahan di Palestina, Syiria, dan di daerah lain seperti Turki wilayah Asia, Semenanjung Sinai dan Cyprus.

Konferensi Zionis XXIII tahun 1951 merupakan konferensi pertama yang diadakan di al-Quds setelah berdirinya Negara Zionis dengan pimpinan Nahom Goldman. Permasalahan mendasar yang diangkat pada konferensi ini seputar hubungan antara Negara Zionis Baru dan Gerakan Zionis yang dibentuk oleh Organisasi Zionis Internasional, dan batas-batas fungsi keduanya untuk menghindari gesekan antara Negara yang terbentuk dan Gerakan Zionis sendiri yang kemudian Pemerintahan Israel mengeluarkan undang-undang mengenai itu semua pada tahun 1952 kepada organisasi terkait yang memberikan hak mengumpulkan dana dari Yahudi Internasional dan memberikan suntikan dana demi kemaslahatan imigrasi bangsa Yahudi ke Israel. Secara tidak langsung semua itu menjadikan Gerakan Zionis memiliki fungsi layaknya sebuah negara yang berkonsentrasi dalam membangun perbaikan yang luas dengan negara lain dan di atas tanah negara lain pula. Konferensi ini juga membahas amandemen terhadap Program Basl dan masih dalam rangka merealisasikan cita-cita utama yang tertuang pada program tersebut yang bisa kita sebut Rencana Pendirian Negara Zionis. Program ini lebih dikenal dengan “Program al-Quds”. Tujuan utama yang diputuskan dalam Program al-Quds pada konferensi ini adalah “Mengumpulkan bangsa Yahudi di negaranya yang bersejarah -tanah Palestin- melalui imigrasi dari berbagai belahan dunia”.

Mungkin tidak juga benar kalau kita mengatakan bahwa pernyataan, "Sebab hidup mengajarkan pada kita bahwa yang 'benar' akan menang" ini kurang tepat. Saya pun sendiri kurang yakin. Sepertinya semakin jauh saya merenungi dan membedakan mana yang salah mana yang benar, semakin sulit saya menentukan mana benar mana salah. Sebab itu semua 'bisa diatur'.

Dan sepertinya, ada yang perlu disinggung. Taukah anda, langkah-langkah apa yang dilakukan Bangsa Arab atau mungkin lebih tepat Ummat Islam, dalam upaya melawan gerakan Zionis? Adakah serapi langkah-langkah mereka? []


Bawwâbah, 12 September 2007



Sumber sebagian besar dikutip dari buku Dr. Abdul Wahab al-Masiry, al-Yahûd al-Yahûdiyyah wa-l-Shahyûniiyyah


Read More......