Wednesday, October 10, 2007

Sapa Bintang

Bocah itu kembali menarik nafas, tatap matanya kosong. Tak ada mendung di matanya. Entah apa yang dipikirkan. Cuaca malam itu sejuk sekali. Sesekali ia menengadah ke atas, ke langit malam. Nampak beberapa bintang terang tersenyum, ditemani awan-awan tipis berkejaran yang sesekali menutupi senyum manis bintang-bintang, menambah manis senyuman itu. Kembali ia menarik nafas, kali ini lebih dalam. Kemudian ia merebahkan diri diatas rumput yang sejak tadi ia duduki, menyilangkan kedua tangannya dibelakang kepala sebagai bantal, kakinya disilangkan juga, kaki kanan di atas kaki kirinya. Kembali ia menarik nafas. Seakan hanya ia sendiri saat itu yang paling nelangsa di dunia ini.

Tak lama kemudian, matanya tak kosong lagi seperti beberapa menit lalu, tatapnya jauh menembus cakrawala, ia berbicara lirih,"Oh seandainya aku tercipta sebagai bintang, atau awan, atau langit, atau apalah asal bukan manusia. Ah...mereka yang selalu tersenyum, yang selalu mengagungkan Penciptanya tanpa mengenal lelah, tanpa membangkang. Ingin rasanya aku mengerti bahasa bintang, awan, langit, matahari, bulan. Bahasa yang selalu mengagungkan. Berat rasanya jadi manusia, Tuhan!!! Kenapa Kau beri manusia akal, memang dengan akal, derajat mereka lebih tinggi daripada binatang, tapi dengan akal pula mereka bisa tidak lebih tinggi daripada seekor anjing. Kau lihat Tuhan, betapa mereka dengan akal bisa membungkus rapi dan indah sebuah kebiadaban, pun sebaliknya. Betapa dengan akal mereka bisa memutarbalikkan fakta. Betapa dengan akal mereka berusaha mengelabuhiMu. Betapa dengan akal Kau dihujat. Betapa dengan akal Kau disingkirkan. Tuhan!!! Kenapa pula Kau beri manusia nafsu, menjadikan mereka egois, angkuh, dan liar. Kau lihat betapa mereka saling...ah, atau memang sengaja Kau buat sedemikian, untuk sekedar menguji mereka. Kau buat segala macam aturan sedemikian rupa, dan kau sertakan nafsu terhadap manusia, untuk melanggar aturan itu. Kau pun tahu, sedemikian kuat usaha manusia untuk melakukan perintahMu, maka akan kuat pula bahkan lebih kuat desakan nafsu untuk melanggar perintahMu. Dan Kau pun mengerti, sangat sulit bagi manusia mengendalikan nafsu. Atau Kau cipta manusia hanya untuk Kau siksa. Tuhan! Kau tahu bahwa betapa dengan adanya nafsu, apapun yang dilakukan manusia adalah hina, tak ada yang suci, baik atau buruk yang mereka lakukan. Perbuatan buruk tentu buruk nilainya, perbuatan baik...ah, betapa dengan nafsu sesungguhnya segala perbuatan baik manusia adalah lebih hina. Betapa mulia mereka yang mencari ilmu, mengajarkan dan mengamalkannya. Namun betapa dengan nafsu, Kau pun telah tuliskan, berapa banyak dari mereka bahwa apa yang telah mereka lakukan sia-sia. NabiMu pun sempat bercerita, bahwa Kau akan menanyakan kepada mereka yang mencari ilmu, 'Apa yang kau lakukan dengan ilmumu?', lalu mereka menjawab, 'hamba mengajarkan dan mengamalkannya'. Tapi Kau akan mengatakan, 'Bohong, kau sesungguhnya mencari ilmu dan mengajarkannya hanya agar dibilang âlim'. Tuhan! Betapa beruntungnya mereka yang Kau anugerahi kekayaan. Berapa banyak dari mereka yang suka menafkahkan sebagian besar hartanya di jalanMu. Namun betapa dengan nafsu, Kau pun telah tuliskan, berapa banyak dari mereka bahwa apa yang telah mereka nafkahkan adalah sia-sia. NabiMu pun sempat bercerita, bahwa Kau akan menanyakan kepada mereka yang Kau anugerahi kekayaan dan suka menafkahkannya, 'Apa yang kau lakukan dengan hartamu?', lalu mereka menjawab, 'hamba tidak melewatkan satu jalan pun yang Kau sukai untuk dinafkahi kecuali hamba berinfak di jalan tersebut, demi Engkau Tuhan'. Tapi Kau akan mengatakan, 'Bohong, kau sesungguhnya melakukan semua itu agar dibilang dermawan'. Tuhan! Betapa sulit tercipta sebagai manusia?!".

Butiran jernih menghiasi ujung kelopak mata bocah itu. Kembali ia menarik nafas, tak terlalu dalam. Bintang-bintang diatas tersenyum lembut dan ramah. Bocah itu ikut tersenyum, seakan memahami bahasa bintang. Angin malam menyapanya lembut, mengelus kulit wajah yang kering. Butiran jernih tadi mengalir menghiasi pipinya. []



Bawwâbah, Oct 10 2007



Read More......