Monday, July 9, 2007

Malam Yang Sepi

Malam ingatkanku pada satu masa dimana aku masih bisa tertawa lepas, tanpa dosa, tanpa beban. Suatu masa dimana segala sesuatu tampak luar biasa. Atau mungkin bisa dikatakan aneh. Dimana banyak pertanyaan-pertanyaan yang berkelebatan di benakku.

Saat dimana aku selalu menunggu suatu musim mengembangnya pohon rambutan. Bila telah matang, ayahku biasanya memetik untukku, lalu ibuku mengupas dan memamah untukku, agar aku tidak kesulitan mengunyahnya, sebab gigiku kurang bisa diandalkan saat itu.

Saat dimana aku susah dan benci kalo disuruh tidur siang. Pekerjaan tersulit buat ibu mungkin. Setelah pulang sekolah, aku selalu dikarantina dalam kamar, dipeluk biar nggak lari, mata harus terpejam. Sementara pikiranku kemana-mana, yang mau maen perang-perangan lah, benteng-bentengan, kasti, kelereng, dan segala macam permainan yang harus dilakukan bersama, senang bersama, dimarahin ortu juga sama-sama, beda dengan permainan anak-anak jaman sekarang, bisa dilakukan sendiri dan nggak asyik kalo dilakukan bersama-sama. Dan paling sebel kalo dah terlanjur bikin janji ma temen. Janji kan harus ditepati. Eh ... ibu dengan santainya dan dengan muka dibuat sedikit serem, menyuruh aku tidur siang. Maka drama siang bolong harus segera dimulai. Aku harus segera pura-pura tertidur, napas dibuat-buat sampai nampak seperti benar-benar telah tertidur. Drama itu nggak perlu lama-lama aku lakukan, karena sepertinya ibu lebih cape daripada aku, dan lebih membutuhkan tidur siang ketimbang aku. Kalo bukan karena aku, mungkin ibu nggak akan tidur siang, karena masih ada pekerjaan yang harus dilakukan. Aku sangat hapal bagaimana ibu kalo dah benar-benar tertidur. Nah kalo tanda tanda itu dah datang, maka aku segera bangun dan melakukan aktifitas siangku. Bebas.

Saat dimana pertanyaan “nggak belajar?” adalah hal yang sangat aku benci dari ayahku. Biasanya aku menjawab, “nggak da PR!”. Hanya sebatas itu perhatian ayahku untukku. Lumayan demokratis. Nggak terlalu memaksa. Ayahku nggak pernah marah kalau aku nggak belajar. Lain dengan ibuku. Aku selalu dijaga kalau belajar. Nggak boleh di depan TV. Nggak boleh main-main. Nggak boleh ngantuk. Nervous.

Angin kau ingatkan aku
Pada satu cinta
Cinta yang selalu mendekapku erat
Cinta yang membuatku tenang
Cinta yang selalu memberiku semangat
Cinta yang menemaniku menapaki hidup
Cinta yang mengajarkan cinta
Cinta yang benar-benar sejati

Ingatkanku pada satu wajah
Ingatkanku pada sebuah kasih sayang
Cinta yang benar-benar membuatku tak inginkan selain cintanya
Hanya cintanya

Ibu ... selalu doakan anakmu dalam menggapai cita.[]





1 comment:

Faisal Zulkarnaen said...

hmm...pernah jadi anak kecil juga yah?